Bahasa Inggris berkembang dari bahasa Anglo-Saxon yang dipakai oleh suku-suku Germanik--Angli, Saxon, Frisian, Jute--pada saat para wajib militer legiun Romawi mengunjungi Britania (yang kemudian menjadi Angleland atau England/Inggris) yang ternyata membuat mereka jatuh hati. Mereke datang sekitar tahun 410, tahun yang sama ketika Romawi jatuh ke tangan Visigoth, lalu dari tempat persembunyiannya, Kaisar Honorius membuat keputusan bahwa pos luar seperti Britania selanjutnya berdiri sendiri. Setelah berakhirnya pemerintahan Romawi, suku-suku Germanik yang datang ke tempat itu pun berbaur dengan penduduk asli Celt, dan bahasa mereka pun bercampur. Terciptalah Bahasa Inggris Kuno dan bahasa sehari-hari (seperti "dream," "water," "strong," "today," dan "bread" yang berasal dari Bahasa Inggris Kuno). Segalanya berjalan seperti biasa sampai akhirnya pada tahun 1066, William Sang Penakluk menginvasi wilayah itu, membawa serta bahasa baku yang digunakan di pengadilan yaitu Anglo-Norman, semacam dialek Perancis yang digunakan oleh kaum bangsawan, penuh dengan kata-kata dari bahasa Latin yang dicangkok dari masa Kekaisaran Romawi dan para pendeta perang mereka. Akhirnya, bahasa Anglo-Norman dan Inggris Kuno bercampur membentuk bahasa Inggris Pertengahan (bahasa yang digunakan oleh penyair Chaucer). Namun, pada masa Renaissance, ketertarikan baru kapada ilmu klasik dan dunia pendidikan memasukkan gelombang Latinisme baru. Bahasa-bahas tersebut ditambah masuknya istilah-istilah Yunani yang digunakan sehari-hari, maka bahasa Inggris menjadi terstandarisasi berkat media cetak. Hari ini, istilah asli bahasa Inggris hanya ada sekitar seperenamnya, dan sisanya adalah dari bahasa-bahasa lain. Akibat kuatnya pengaruh roda dan gigi Revolusi Industri, kapitalis dan ilmuwan menciptakan lebih banyak istilah baru dari bentukan bahasa Yunani dan Latin yang mereka butuhkan dalam melakukan abstraksi, klasifikasi dan pengukuran. Oleh sebab itu dibutuhkan glosarium-glosarium semacam ini. (Untuk memperoleh lebih banyak kata, lihat Inkhorn).